Jambi.Radarinvestigasi.comcom||Zaman yang berkembang ini sulit berpihak pada Kebenaran. Karena semua, ada di atas kepentingan ” Maka di situlah peradapan tumbang. Jika ada ujung tombak kebenaran di era digital ini, bisa jadi salah satunya adalah jurnalistik atau disebut wartawan.
Di tengah gegap gempita dunia jurnalistik yang penuh hiruk pikuk informasi, tantangan, cobaan dan penuh resiko. Ada dampak kecil namun memiliki yang sangat besar ” yang menjadi menakutkan bagi mereka yang bersembunyi dibalik kebohongan yaitu konfirmasi langsung.
Namun, bukan sekedar prosedur atau teknis wawancara, konfirmasi langsung adalah ujian SEJATI bagi integritas seorang profesi jurnalistik. Sebab, ini bukan hanya soal bertanya, ini adalah senjata pamungkas yang mampu menhancurkan tembok kebohongan dan membangun kembali kepercayaan publik.
Konfirmrasi langsung bukan sekedar rutinitas, melainkan inti dari tugas seorang jurnalistik yang sesungguhnya mencari dan menyuarakan kebenaran ” Bukan Hanya Mencari Sensasi.
Tetapi sebagai alat untuk memisahkan fakta dari kebohongan dan cahaya dari kegelapan.
Langkah ini membutuhkan lebih sekedar Keberanian dan keyakinan diri.
Tentu diperlukan tekad, keteguhan hati untuk berhadapan langsung dengan subjek pemberitaan yang sering kali untuk menutup-nutupi kebenaran dengan segala cara.
” Dari itu, belajarlah jurnalistik itu penting.
Tentu bukam untuk jadi wartawan. Apalagi mau jadi Pimpinan Redaksi.
Tapi belajar jurnalistik, tentu tahu untuk caranya berpihak pada kebenaran.
Karena jurnalistik yang hingga hari ini masih berani mengajarkan tentang sikap Independensi, berlaku netral, selalu akurat, dan niat jujur, juga berprilaku benar. Karena bisa jadi, hari ini susah mencari sosok atau dunia kehidupan seperti 5 prinsip jurnalistik.
Maka dari itu, saat belajar jurnalistil, siapapun harus sadar pentingnya nilai-nilai kehidupan.
Untuk tetap independen, netral, akurat, jujur, dan benar. Nah bila sudah sadar, tuliskanlah dengan baik dan publikasikanlah. Karena ditulis tanpa dipublikasikan tidak ada gunanya ” Menulis untuk jurnalistik adalah bukti adanya dialog ilmu dan perilaku agar terampul dalam jurnalistik.
Belajar jurnalistik tidak perlu diperdebatkan, Antara tiori dan praktik.
Tapi jauh lebih penting mencari ” titik temu ” antara tiori dan praktik yang berbasis realitas, keadaan objektif dilapangan di medan berita.
Harmoni antara teori dan praktik jurnalistik itulah yang harus diciptakan sekarang ” yang disebut sebagai jurnalistik. Sebuah antara teotlri dan praktik sebagai dasar belajar jurnalistik.
Karena, jurnalistik itu karya besar yang dapat mengubah nasib bangsa.
Jurnalistik itu mampu mengubah ” orang biasa ” jadi ” orang tenar “, dan sebaliknya “orang tenar” jadi ” suka gak suka, semua itu akibat karya jurnalistik, (Red)